Senin, 19 Oktober 2020

Penjual Mepet Tenda

 Penjual Mepet Tenda


Pada bulan-bulan ini saya yakin banyak masyarakat yang mempunyai hajatan entah itu pernikahan, sunatan atau aqiqahan. Memang budaya nyumbang tidak bisa terlepas dari kehidupan kita. Sesuai dengan butir-butir Pancasila saling membantu dan bergotong royong tidak hanya termaktub dalam tulisan. Namun, sudah mendarah daging bagi kita rakyat Indonesia.


Budaya Nyumbang mungkin di setiap daerah berbeda. Ada yang hanya uang dengan nominal fantastis ya isi amplop bisa untuk membeli HP baru. Ada juga beberapa uang dengan disertai pahan-pahan pokok. Ada pula pahan pokok saja dengan jumlah yang tentunya tidak sedikit. Apapun itu saya yakin niatnya sama yaitu saling membantu dan menjalin silaturahim.


Setiap hajatan di mana saja tidak bisa terlepaskan dari namanya makanan. Mulai dari aneka kue, makanan besar, hingga hidangan penutup. Seperti pagi ini, di tempat salah satu saudara saya tengah menyelenggarakan resepsi pernikahan putranya. Para ibu pukul dua dini hari sudah berbondong-bondong untuk memasak besar. Menyiapkan sajian untuk para tamu undangan. 


Tak mau kalah para pedagang pun menggelar dagangannya sepagi mungkin. Mulai dari sekedar sosis goreng, es campur hingga berbagai mainan anak-anak. Inilah yang kadang membuat para ibu enggan mengajak anaknya untuk datang ke acara hajatan. Para pedagang sangat senang sekali ketika bulan-bulan seperti ini. Sempat saya tanya kepada salah satu pedagang, mereka mengatakan bawasannya pendapatan mereka bersih selama sehari mereka menjajakan dagangan minimal 100rb, bahkan bisa sampai 200rb. Seberapa besar pendapat mereka sangat dipengaruhi seberapa mepet mereka dengan tenda hajatan. Bahkan dari sumber yang sama beliau mengatakan, beliau rela datang ke tempat acara sebelum subuh hanya untuk mendapat tempat yang semepet mungkin dengan tenda. Karena semakin mepet penghasilan mereka semakin banyak. Ya terlepas dari rejeki itu sebenarnya sudah diatur oleh yang Maha Pemberi Rejeki

Sabtu, 10 Oktober 2020

Belajar Ngartis

 Belajar Ngartis


Masa pandemi memang dirasakan oleh semua pihak, tidak terkecuali dunia pendidikan. Pendidikan dituntut untuk memberikan warna yang berbeda. Harus banyak inovasi dan berfikir keras guna untuk menyampaikan ilmu dengan tetap mengedepankan seluruh aspek tujuan pembelajaran. Mencakup dari nilai spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan. Aspek-aspek tersebut harus tetap tersampaikan kepada seluruh peserta didik dengan baik. Kenyataan bahwa hasilnya kurang sempurna ada hal yang tidak bisa terhindarkan. Melihat bahwa khususnya Indonesia yang belum siap akan musibah ini.


Hari ini merupakan minggu kedua kampus kami mengadakan perkuliahan dan jadwal perkuliahan saya hari ini adalah daring di kelas ES dengan mata kuliah Pengantar Studi Islam. Kami para dosen diharapkan tetap bisa hadir ditengah-tengah mahasiswa yang melakukan pembelajaran di rumah. Salah satu penyelesaian masalah ini dengan dosen membuat video pembelajaran yang bisa diakses dengan mudah oleh mahasiswa. Boleh menggunakan media sosial apapun asalkan dapat menunjang pembelajaran dengan baik. 


Saya memilih media youtube untuk mengshare video yang saya buat. Sebagai seorang dosen yang juga ibu rumah tangga saya belum pernah sebelumnya belajar tentang youtube. Selama ini hanya sebagai penikmat saja. Menikmati ilmu gratis dari para youtuber. Nah, sekarang giliran saya yang jadi youtuber pemula. Dalam hati saya berkata ini namanya belajar ngartis. Semoga dengan keadaan seperti ini ilmu kita semakin bertambah dan bisa keluar dari kotak kenyamanan kita selama ini. 

Kamis, 08 Oktober 2020

Kuliah Perdana

 Kuliah perdana

4 Oktober 2020 kampus kami STAI Ash Shiddiqiyah mengawali perkuliahan. Seperti kampus pada umumnya kampus yang mempunyai visi berkhidmat untuk umat ini juga mengalami kebimbangan pembelajaran di tengah masa pandemi seperti ini. Jajaran pengelola harus berfikir keras bagaimana cara agar tujuan pembelajaran bisa tersampaikan dengan efektif, efisien dan tetap mengena untuk mahasiswa. 


2 minggu sebelum perkuliahan perdana para dosen berkumpul dengan pengelola, bermusyawarah mengambil jalan tengah untuk mengatasi masalah yang sekarang ini kita hadapi bersama. Muncullah kebijakan pembagian jadwal daring dan luring di antara prodi-prodi yang ada di kampus kami. Kampus kami memiliki 5 prodi yaitu Manajemen Pendidikan Islam, Pendidikan Guru MI, Tadris Bahasa Inggris, Hukum Ekonomi Syari'ah dan Ekonomi Syari'ah. 


Minggu pertama adalah jadwal luring untuk prodi HES dan ES. Saya diamanahi dikedua prodi ini untuk mengajar mata kuliah Bahasa Arab 1 di prodi HES semester 1 dan mata kuliah Pengantar Studi Islam di prodi ES semester 1 juga. Mahasiswa pada pertemuan pertama kemarin sangat antusias sekali mengikuti perkuliahan. 


Prodi MPI, PGMI dan TBI untuk minggu pertama masih libur, pertemuan pertama akan dimulai minggu depan. Bapak Dr. Agus Sholikhin, S.Si., M.Pd.I sebagai Ketua STAI Ash Shiddiqiyah mengatakan kebijakan ini adalah jalan tengah sebagai usaha kampus untuk mengahadapi pandemi yang sampai saat ini masih mengkhawatirkan, utamanya untuk dunia pendidikan. 


Ketika jadwal luring, perkuliahan dilakukan seperti biasa hanya saja protokol kesehatan tetap diutamakan. Sedangkan jadwal daring, kami sebagai dosen diharapkan membuat membuat video untuk disampaikan kepada mahasiswa dan diskusi bisa dilanjutnya melalui WA, Zoom, Google Meet atau yang lain.



Semoga pandemi ini segera berakhir 


Selasa, 06 Oktober 2020

Mati Lampu

 Mati Lampu


Sudah menjadi hal lumrah bagi kami yang tinggal di pelosok Sumatera. Hampir setiap hari kami mengalaminya. Tidak hanya hitungan menit bahkan hingga berjam-jam. Entah penyebabnya karena apa, sebagai rakyat biasa yang tidak mengerti permasalahan sesungguhnya kami hanya menerima dengan lapang dada. 


Mulanya saya tinggal bersama mertua, mati lampu atau listrik padam adalah makanan sehari-hari. Tidak mengenal waktu, kadang siang, kadang malam bahkan pernah waktu itu saat adzan magrib di bulan Ramadhan, bisa dibayangkan bagaimana keadaannya. 


Saya kira tempat tinggal saya sekarang berbeda dengan tempat tinggal mertua, karena hampir setahun ini sangat jarang sekali listrik. Namun sudah seminggu ini hampir setiap malam listrik padam. Seperti sekarang ini. Semua gelap tanpa cahaya. 


Jika ada pemberitahuan sebelumnya mungkin kami akan sedikit lebih siap. Berbeda dengan saat ini ketika saya enak-enaknya menikmati setrikaan yang segunung tiba-tiba pet mati lampu. Pasti para ibu rumah tangga tahu bagaimana rasanya. Pedih tapi tak berdarah. 


Hanya karena listrik padam pekerjaan jadi kendala. Kami hanya bisa menerima dan mengalihkan kesibukkan kepada hal lain. Seperti halnya menulis catatan ringan seperti ini. Alhamdulillah malam ini durasi listrik padam setara dengan tulisan recah saya ini,dan ketika saya selesai mengetik listrik sudah menyala.

Senin, 05 Oktober 2020

Punten

 Punten


Pagi ini di grup WA Sahabat Pena Kita Tulungagung ada salah satu teman mengunggah foto sepiring makanan yang membuat saya merasakan rindu. Rindu pada kampung halaman dan semua yang ada di sana. Ah jadi baper kalau berbicara tentang kampung halaman. 


Foto itu beliau unggah sebagai ucapan selamat pagi kepada seluruh anggota grop. Sepiring Punten lengkap dengan sambal dan tempe goreng. Pikiran saya melayang jauh mengingat bagaimana rasa gurihnya Punten, mungkin lidah saya sudah agak lupa, karena satu tahun lebih saya tinggal di Sumatera belum sekali pun menemukan menu Punten. Kebanyakan di sini rumah makan menunya nasi Padang kalau tidak ya menu khas Palembang yaitu Pindang Ikan atau Tulang Iga. Tapi itu pun saya juga jarang merasakannya. Maklum isi dompet belum tebel, masih berpikir berkali-kali jika ingin makan di luar. 


Kembali ke Punten. Makanan ini merupakan menu favorit Mbah saya, Mbah Putri maupun Mbah Kakung. Dulu ketika saya masih menemani beliau, hampir setiap pagi meminta saya untuk membelikan Punten di warung mbak Mah. Rasanya enak dan selalu rame warungnya, mungkin karena warungnya buka paling awal dari pada warung yang lain. Mbak Mah selalu ramah menyapa saya, karena saya termasuk pelanggan setianya. 


Pagi tadi setelah saya melihat foto Punten yang sudah diunggah di grop, langsung saya ungguh di story WA dan FB saya. Beberapa teman ada yang merespon, ada yang memberikan jempol, ada yang bilang mantap enak dan ada pula yang memberikan solusi untuk mencoba membuat Punten sendiri dengan dimasak di magicom. Teman saya yang memberikan inisiatif tersebut merupakan rekan saya ketika S1 dulu, dan sekarang beliau tinggal di Timur Tengah menemani suami untuk menuntut ilmu di sana. Sama seperti saya beliau pun juga sangat sering merindukan makanan khas Indonesia utamanya menu Tulungagung-an


Terimakasih yang sudah mengunggah foto Punten dan berhasil membuat saya baper. 


Kamis, 01 Oktober 2020

Katanya punya hobi menulis dan membaca


Masih teringat masa kecil dulu, waktu saya kira-kira masih duduk di tingkat dasar. Tahun ajaran baru merupakan hal yang paling saya tunggu, tentu karena semua peralatan sekolah sebagian atau bahkan semua akan baru. Seperti buku, tentu biodata di sampul depan dan sampul dalam akan saya isi dengan semangat.

Mulai dari nama pemilik buku, mata pelajaran, alamat, nama kelas bahkan nama guru dan hobi. Entah yang punya list itu hanya saya atau teman-teman yang lain juga seperti itu. Kadang saya pun juga pernah membuat satu halaman khusus untuk biodata. Dengan tujuan jika buku itu tertinggal atau hilang yang menemukan dapat mengembalikan dengan mudah. Jaman dulu anak tingkat dasar belum pegang HP jadi ya nomer HP tentu belum tertera di sana.

Kembali ke hobi, sangat klasik sekali saya menuliskan hobi saya adalah menulis dan membaca. Saat itu merasa sangat keren kalau mempunyai kedua hobi tersebut. Walaupun nyatanya tulisan itu dulu hanya sebatas doa. Doa semoga saya benar-benar bisa menjalankan hobi tersebut. Sangat sulit memang karena saya tidak mempunyai buku bacaan kecuali buku cetak dan LKS sekolah. Alhasil karena sering membaca kedua buku ini saya sampai hafal bunyi tulisan dan letaknya di halaman ke berapa di bagian mana tulisan tersebut, di atas, tengah atau di bawah.

Suatu saat ketika saya sudah jenuh hanya membaca buku itu-itu saja, saya alihkan ke membaca bungkus jajanan. Sungguh aneh memang saya baca mulai dari namanya sampai bahan pembuatan jajan bahkan pabriknya dimana. Sering dulu saya dan teman-teman membuat permainan cerdas cermat dengan pertanyaan seputar bungkus perjajanan. Ah rasanya aneh jika sekarang saya masih belum istiqomah menulis dan membaca, kurang bersyukur juga mungkin, melihat saya kecil dulu seperti itu jadi malu jika mengaca dengan saya yang sekarang ini.

Mungkin dengan bergabung dengan komunitas menulis Sahabat Pena Kita Tulungagung saya bisa benar-benar mewujudkan hobi saya tersebut. Dari komunitas yang baru saya ikuti selama seminggu ini sangat banyak ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan dari para senior. Terimakasih telah membangunkan saya dari tidur, dan bangun untuk mewujudkan hobi saya.

Salam Literasi
Belajar menulis

Hobinya Berkunjung ke Tempat Teman dan Saudara

  Hobinya Berkunjung ke Tempat Teman dan   Saudara   Hobi merupakan kesenangan seseorang untuk melakukan sesuatu hal. Seperti saya dan k...