Kamis, 05 November 2020

Ceker

Bagian 4


Setelah sekian lama aku menikah, ternyata Tuhan belum memberikan kami momongan. Jadi hidupku hanya kesana kemari tak jelas. Pagi ngopi sama istri, siang nongkrong sama teman-teman, malamnya aku gunain untuk main HP sepuasnya. 


Nggak ada istimewanya hidupku. Begitupun dengan istriku kerjanya cuma belanja, belanja dan belanja. Ingin sebenarnya aku kerja. Seperti hari ini aku melamar pekerjaan di salah satu pabrik roti. 


"Selamat pagi Mbak ..." Sapaku kepada mbak-mbak berbaju merah.


"Pagi Mas ... Loh" jawabnya kaget.


"Intan?" tanyaku kaget. Dia mantanku semasa SMA. Setelah sekian lama aku tak bertemu dengannya, kini dia berubah total penampilannya.


"Iya Mas ... Aku Intan. Mas ada urusan apa disini?" Tanya terlihat senang.


"Aku mau nglamar kamu ... Eh. Maksudnya nglamar kerja." Duh. Keceplosan pula, karena saking gugupnya. 


"Ah Mas bisa aja. Nglamar kerja? Bukannya Mas dari keluarga kaya? Emang dibolehin sama keluarga Mas?" Dia masih hafal tabiat keluargaku.


"Ya gimana lagi, aku udah berkeluarga." Jawabku.


"Mas kok kelihatan kurus. Mas nggak bahagia dengan pernihannya?" dia kok bisa bertanya seperti itu ya. Memang benar adanya aku lebih kurus dibanding waktu SMA dulu.


"Bahagialah. Ouh iya aku bertemu pemilik pabrik roti ini." jawabku tertunduk lesu mengingat pernikahanku yang hambar.


"Pemilik pabrik? Mas kira aku disini kerja apa?" Jawaban dengan pertanyaa yang tambah bikin aku pusing.


"Dek ... Aku tanya serius loh ... " Aku kini bermuka serius.


"Aku juga serius Mas ... Mas diterima, tapi jadi asisten pribadiku" tambah pusing. Apa mungkin dia pemilik pabrik ini?


"Ya Mas ... Aku pemilik pabrik ini."


"Bukannya Pak Prima, pemiliknya ini kartu namanya, sebulan yang lalu aku bertemu dengannya." Aku masih tak percaya.


"Mas Prima itu suamiku Mas, sebulan yang lalu dia meninggal. Ya mungkin setelah bertemu denganmu itu Mas. Dia tertabrak mini bus ketika menyebrangkan anak kecil di jalan depan kecamatan." aku jadi merasa bersalah. Intan baru saja berduka.


"Maafkan aku Dek ..."


Singkatnya mulai hari ini aku sudah tidak jadi pengangguran. Cekerku sudah berfungsi. Aku akan mencari nafkah. 


"Mas pulang ... " Sapaku dari luar rumah. 


"Mas dari mana aja sih? Tuh ibuk khawatir nyariin Mas. Dari pagi sampai malam kayak gini baru pulang." Istriku komentar.


"Mas kerja Dek." Sambil aku merebahkan badan di kursi.


"Dari mana kamu Nak ... ? Kan udah ibuk saranin nggak usah kerja. Masalah uang gampang Nak." Ibuku datang dari dalam. Lagi dan lagi melarangku kerja.


"Aku nyari kerja bu ... Cuma dekat kok bu. Di sebelah kantor kecamatan. Pabrik roti bu. Kerjaku juga nggak berat. Ragil mohon izinin ya bu ... " pintaku memelas. Aku nggak mungkin membatalkan perjanjian kontrak kerja dengan Intan. Apalagi kerjaku mudah, hanya ngikuti Intan kemana aja dia pergi. Dia makan enak aku pun juga, dan gajinya pun setara dengan karyawan yang sudah lama kerja disitu. 


"Iya bu ... Izinin Mas Ragil kerja, biar Mas Ragil ada kegiatan dan hiburan bu ... " Istriku sangat setuju dengan pekerjaanku. Tapi kalau dia sampai tahu siapa bosku bisa gawat. Dewa api pun kalah dengan kemarahannya. Apalagi si Intan cantiknya kelewatan. Bau parfumnya aja serasa nempel di bajuku. Untung istriku nggak curiga. 


Aku sudah nggak sabar menunggu besok. Hari dimana aku diperkenalkan sebagai asisten barunya Intan. Semua karyawan memanggilnya bu, tapi khusus untukku dia maunya dipanggil Adek. Duh tan ... Intan ... Tunggu besok ya ... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hobinya Berkunjung ke Tempat Teman dan Saudara

  Hobinya Berkunjung ke Tempat Teman dan   Saudara   Hobi merupakan kesenangan seseorang untuk melakukan sesuatu hal. Seperti saya dan k...